Jakarta, CNBC Indonesia – Yum Brands, perusahaan Amerika Serikat (AS) yang menaungi waralaba ternama seperti Pizza Hut dan KFC, melaporkan laba dan pendapatan kuartalan yang meleset dari ekspektasi analis pada hari Rabu waktu setempat. Ini terjadi di kala Pizza Hut dan KFC tengah bersusah payah menarik pelanggan.

Mengutip CNBC International, analis memaparkan pendapatan Yum Brands sebesar US$1,6 miliar, lebih rendah dari perkiraan Wall Street sebesar US$1,71 miliar. Laba per saham sebesar US$1,15 setelah disesuaikan, lebih rendah dari perkiraan US$1,20.

Yum melaporkan laba bersih kuartal pertama sebesar US$314 juta, atau US$1,10 per saham, naik dari US$300 juta, atau US$1,05 per saham, tahun sebelumnya. Jika tidak termasuk kerugian investasi dan item lainnya, perusahaan memperoleh US$1,15 per saham.

Penjualan bersih turun 3% menjadi US$1,6 miliar. Penjualan global toko yang sama Yum juga turun 3% pada kuartal tersebut, meleset dari perkiraan StreetAccount yang memperkirakan pertumbuhan penjualan toko yang sama sebesar 0,2%.

Saham perusahaan turun hampir 4% di awal perdagangan usai pengumuman tersebut.

Sementara itu, gerai Taco Bell di AS melaporkan pertumbuhan penjualan toko yang sama sebesar 2%, sementara bisnis internasionalnya mencatat penurunan sebesar 2%.

Penjualan KFC turun 2% pada kuartal tersebut. Penurunan terbesar terjadi di AS, dimana mereka menyusut sebesar 7%. Namun, divisi internasional rantai ayam goreng tersebut mengalami penurunan penjualan di toko hanya sebesar 2%, berkat pertumbuhan di Tiongkok, pasar terbesarnya. Setahun yang lalu, penjualan kuartalan KFC di toko yang sama naik 9%.

Pizza Hut melaporkan penjualan toko turun 7%, karena permintaan tertinggal baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Restoran jaringan pizza di AS melaporkan penurunan sebesar 6%, sementara divisi internasionalnya mencatat penurunan sebesar 8%.

Secara umum, bisnis internasional Yum mengalami kesulitan, dan perusahaan tersebut menyalahkan sebagian disebabkan oleh jaringan restoran perusahaan di wilayah Timur Tengah. Tidak diketahui dengan jelas penurunan kinerja itu berasal dari gerakan boikot terkait perang di Gaza atau karena ada gangguan lainnya.

“Meskipun dampak konflik Timur Tengah tersebar dan sulit diukur, kami mulai melihat perbaikan di pasar yang paling terkena dampaknya,” kata CEO Yum David Gibbs kepada para analis saat Earnings Call, dikutip dari CNBC, Kamis (2/5/2024).

Namun begitu, bisnis digital Yum memberi kabar baik pada kuartal ini. Perusahaan mengatakan penjualan digitalnya menyumbang lebih dari 50% penjualan untuk pertama kalinya.

Pada kuartal kedua, Yum berencana memperluas uji coba AI buatan perusahaan yang menerima pesanan drive-thru. Tes aslinya dilakukan di lima lokasi Taco Bell di California. Sebentar lagi, 35 restoran akan mencoba teknologi tersebut.

Sementara itu, jejak global Yum tumbuh 6% pada kuartal ini, berkat 808 pembukaan restoran baru.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bos Pizza Hut Curhat Bisnis Lesu Akibat Gerakan Boikot


(ayh/ayh)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *