Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas emiten emas di Indonesia terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Selasa (16/4/2024), masih tersengat oleh cerahnya harga emas, meski dan di tengah ambruknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Per pukul 11:27 WIB, dari enam emiten emas, empat saham berhasil terbang lebih dari 5%, sedangkan dua lainnya melesat lebih dari 2%.
Adapun saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) menjadi yang paling kencang penguatannya pada sesi I hari ini, yakni melejit 8,43% ke posisi Rp 193/saham.
Berikut pergerakan saham emiten emas RI pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 193 | 8,43% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 2.790 | 6,49% |
Aneka Tambang | ANTM | 1.775 | 6,29% |
Bumi Resources Minerals | BRMS | 168 | 5,00% |
Hartadinata Abadi | HRTA | 420 | 3,45% |
Archi Indonesia | ARCI | 366 | 2,81% |
Sumber: RTI
Saham emas RI tersengat oleh harga emas yang masih mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya hingga hari ini.
Menurut data Refinitiv pada Senin (15/4/2024) harga emas dunia di pasar spot US$ 2.382,51 per troy ons, menguat 1,67% dibandingkan hari sebelumnya. Ini merupakan harga penutupan tertinggi sepanjang sejarah emas.
Harga emas dunia berpotensi kembali mencatatkan rekor pada hari ini. Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan hari ini (16/4/2024) pukul 06.02 WIB harga emas di pasar spot terpantau US$ 2.384,85 per troy ons, naik 0,12%.
Permintaan akan aset safe haven ini yang terus meningkat membuat harganya terus mencetak rekor. Alhasil, saham-saham emas di RI pun ketiban ‘berkah’ dari kenaikan harga emas dunia.
Hal ini tampak seperti pergerakan harga yang didorong oleh geopolitik, yang mungkin terkait denganpernyataanpasukan pertahanan Israel bahwa sesuatu akan terwujud di sini, kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.
Iran meluncurkandronedan rudal berbahan peledakpada Sabtu (13/4/2024) malam yang merupakan serangan pertama terhadap Israel oleh negara lain dalam lebih dari tiga dekade, memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas.
Indeks dolar Amerika Serikat (AS) atau DXY melonjak tinggi pada empat perdagangan terakhir dan mencapai posisi 106,205 pada Senin (15/4/024).
Posisi ini sekaligus tertinggi sejak November 2023. Menyusul imbal hasil (yield) Treasury tenor 10 tahunmencapai level tertinggi dalam lima bulan setelah data menunjukkanpenjualan ritelAS meningkat lebih dari perkiraan pada Maret, bukti lebih lanjut bahwa perekonomian telah mengakhiri kuartal pertama dengan solid.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch memperkirakan suku bunga acuan The Fed tetap dipertahankan di 5,25% – 5,5% hingga September 2024, mundur dari keyakinan sebelumnya pada Juni.
Namun, “dalam jangka pendek, harga emas bisa turun menuju US$2.200 karena premi geopolitik hilang,” kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Pembelian bank sentral juga memberikan dukungan terhadap emas batangan.
“Tidak mungkin terjadi pembalikan penjualan bersih dalam jangka waktu dekat meskipun harga emas mencapai rekor tertinggi, karena pembelian oleh bank sentral cenderung bersifat strategis dan tidak sensitif terhadap harga,” kata analis di Heraeus dalam sebuah catatan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Artikel Selanjutnya
Masih Menanjak, IHSG Bisa Tutup Tahun 2023 di 7.300-an?
(chd/chd)