Jakarta, CNBC Indonesia – Belakangan nama pengusaha Robert Bonosusatya kerap disebut terkait dugaan kasus korupsi tata niaga di PT Timah Tbk. (TINS).

Anggota Komisi VI Mufti Aimah Nurul Anam bahkan menyebut Robert atau RBS sebagai mafia besar di balik skandal tambang timah yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp271 triliun.

“Ada seorang mafia besar yaitu kami dapat infonya itu Robert Bonosusatya,” terang Mufti dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Menteri Investasi / Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, dikutip Rabu (3/4/2024).

Sementara itu, RBS telah diperiksa sebagai saksi oleh penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk kasus dugaan korupsi tata niaga timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah tahun 2015-2022.

Ia tidak berbicara banyak usai diperiksa selama 13 jam. Ia hanya menegaskan telah menjawab seluruh pertanyaan yang dilayangkan oleh penyidik.

“Sebagai warga negara yang baik, saya sudah melakukan kewajiban, mentaati peraturan yang ada, saya sudah diperiksa,” ujarnya kepada wartawan di Kejaksaan Agung, dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (2/4/2024).

RBS juga enggan berkomentar lebih jauh terkait dugaan keterlibatan dengan PT Refined Bangka Tin (RBT). Perusahaan RBT yang sempat dipimpin Robert itu diketahui menjadi mitra utama PT Timah dan pernah digeledah oleh Kejagung pada 23 Desember 2023 lalu.

Lantas siapakah RBS? Berbagai sumber menunjukkan bahwa ia merupakan mantan komisaris utama PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. (CMNP), sebuah perusahaan operator jalan tol milik pengusaha Jusuf Hamka.

Mengutip Laporan Tahunan 2019 CMNP, Robert adalah warga negara Indonesia yang menjabat sebagai komisaris utama sejak 15 Mei 2019 berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 13 Tahun 2019.

Dia tercatat sebagai pemegang saham dan direktur utama PT Energi Sembilan Perkasa pada 2017, pemegang saham dan Direktur PT Robust Buana Tunggal tahun 2015, pemegang saham dan Komisaris PT Prima Energi Utama tahun 2014, pemegang saham PT Hamparan Berkah Daya Lestari pada 2013.

Selain itu dia juga merupakan pemegang saham dan Komisaris PT Prima Multi Trada tahun 2012, pemegang saham dan Komisaris PT Cipta Karya Dinamika tahun 2012, pemegang saham dan Komisaris PT Graha Sentra Niaga tahun 2012, pemegang saham dan Komisaris PT Sentra Karya Duta Usaha tahun 2012, pemegang saham dan Direktur PT Rejeki Bintang Terang tahun 2019.

Pria berusia lebih dari 60 tahun itu menyelesaikan pendidikan Bachelor of Science in Computer Sciene di University of California, USA.

Mengutip dari berbagai sumber, Robert juga disebut pernah menjabat Komisaris Utama PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE), yakni perusahaan yang bergerak di bisnis percetakan dan dokumen keamanan. Jasuindo pernah menang proyek pencetakan BPKB, STNK, dan SIM di Korlantas Polri.

Pada 2008, RBS menjabat presiden direktur PT Pratama Agro Sawit. Kebun sawitnya berlokasi di Kabupaten Batang Hari, Jambi.

Ia juga disebut sebagai pemilik PT Refined Bangka Tin (RBT), yang kini tersangkut dugaan korupsi PT Timah.

Sebelum kasus korupsi PT Timah ini, nama RBS beberapa kali terseret di kasus-kasus yang melibatkan petinggi Polri. Ia pernah tersangkut di tengah kasus hukum yang menyeret Ferdy Sambo dan anak buahnya mantan Karo Paminal Propam Polri Brigjen Hendra Kurniawan.

Hendra tercatat menggunakan jet pribadi bersama anak buahnya untuk berangkat ke kediaman keluarga almarhum Brigadir Josua di Jambi atas perintah Irjen Ferdy Sambo pada Senin (11/7/2023) lalu.

Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso mengklaim berdasarkan penelusuran yang dilakukan diketahui bahwa pesawat pribadi yang digunakan Hendra tersebut bertipe Jet T7-JAB. Ia menduga pesawat jet pribadi yang digunakan oleh Hendra tersebut merupakan milik Robert Bonosusatya atau RBT alias Bong.

“Dalam catatan IPW dia adalah Ketua Konsorsium Judi Online Indonesia yang bermarkas di Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan, yang hanya berjarak 200 meter dari Mabes Polri,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (2/4/2024).

Robert membantah tudingan IPW soal penyedia jet pribadi untuk Hendra.

“Tidak benar itu, tidak benar sama sekali. Bukan saya, mana ada saya jet pribadi,” kata Robert kepada CNNIndonesia.com melalui telepon, dikutip Selasa (2/4/2024).

Namun, Robert tidak menampik apabila dirinya mengenal Hendra meski sudah lama tidak saling kontak.

“Hendra kenal dari zaman dahulu. Sudah lama sekali saya kontak dia sejak 5 atau 6 tahun. Waktu itu dia masih AKBP,” ujar Robert.

Nama Robert juga pernah mencuat dalam dokumen hasil pemeriksaan Bareskrim Polri pada periode Mei hingga Juni 2010, yang mengusut transaksi ganjil sebesar Rp57 miliar di rekening Komjen Budi Gunawan, yang kini menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).

Menurut dokumen yang tersebar saat Budi mengikuti uji kelayakan calon Kepala Polri pada 14 Januari 2015 itu, Robert disebut sebagai penjamin kredit yang dikucurkan untuk putra Budi, Muhammad Herviano Widyatama pada 6 Juli 2005.

[Gambas:Video CNBC]

(mkh/mkh)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *